Dismenorea pada remaja

Sebagai lanjutan dari artikel saya sebelumnya yang terkait dengan masalah mentruasi dan sekitasnya (baca https://bidananda.com/mengenal-menstruasi-dan-permasalahannya.html) maka saya akan menjelaskan lebih sedikit mendalam mengenai nyeri haid atau lebih dikenal dengan istilah dismenorea. Penjelasan saya mengenai dismenorea ini saya tujukan untuk remaja putri.

Definisi Dismenorea pada remaja

Dismenorea pada remaja mengacu pada kondisi nyeri menstruasi yang dialami oleh gadis remaja selama siklus menstruasi mereka. Dismenorea adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan nyeri yang terjadi selama atau sebelum menstruasi. Ini adalah salah satu gejala yang paling umum terkait dengan menstruasi pada remaja.

Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi yang dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun. Hasil penelitan yang telah dilakukan telah diketahui bahwa 70-90 % kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat menimbulkan dampak konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan.

Dismenorea pada remaja umumnya disebabkan oleh kontraksi rahim yang lebih kuat atau lebih sering selama menstruasi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin, zat kimia dalam tubuh yang terlibat dalam proses kontraksi rahim. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dismenorea pada remaja termasuk keturunan, riwayat menstruasi yang tidak teratur, dan gangguan hormon.

Dismenorea pada remaja

Apa efek dari dismenore?

Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah, gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi.

Efek yang paling banyak biasanya menyerang mental, karena rasa tidak nyaman dan sakit yang dideritanya maka secara mental emosial akan terpengaruh sehingga merasakan sakit yang lebih banyak lagi.

Mengapa bisa terjadi dismenore?

Dismenore dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda. Berikut adalah beberapa penyebab yang umum terkait dengan terjadinya dismenore:

Kontraksi rahim yang kuat

Pada saat menstruasi, rahim berkontraksi untuk membantu mengeluarkan lapisan dalam rahim yang disebut endometrium. Kontraksi yang kuat atau lebih sering dari biasanya dapat menyebabkan nyeri menstruasi yang intens.

Kontraksi rahim yang kuat dapat terjadi selama menstruasi dan merupakan salah satu penyebab utama dismenore. Pada saat menstruasi, rahim berkontraksi untuk membantu mengeluarkan lapisan dalam rahim yang disebut endometrium.

Peningkatan kontraksi rahim yang kuat atau lebih sering mungkin disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh rahim dan berperan dalam merangsang kontraksi otot rahim. Jika terjadi peningkatan produksi prostaglandin, kontraksi rahim dapat menjadi lebih intens dan menyebabkan nyeri menstruasi yang parah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kontraksi rahim yang kuat meliputi gangguan hormon, seperti ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, serta faktor genetik atau keturunan.

Produksi prostaglandin yang berlebihan

Prostaglandin adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh rahim dan terlibat dalam proses kontraksi rahim. Jika produksi prostaglandin berlebihan, dapat menyebabkan kontraksi rahim yang lebih kuat dan nyeri menstruasi yang lebih parah.

Prostaglandin merangsang kontraksi otot rahim dengan mengaktifkan reseptor prostaglandin di dinding rahim. Kontraksi yang kuat dan intens ini dapat menyebabkan kurangnya suplai darah ke rahim, yang menyebabkan rasa sakit dan kram.

Penyebab pasti mengapa beberapa wanita memiliki produksi prostaglandin yang lebih tinggi daripada yang lain masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, faktor-faktor seperti keturunan dan gangguan hormonal dapat berperan dalam peningkatan produksi prostaglandin yang berlebihan.

Pengelolaan dismenore yang terkait dengan produksi prostaglandin yang berlebihan biasanya melibatkan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau naproxen. OAINS bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, sehingga mengurangi kontraksi rahim yang kuat dan mengurangi nyeri menstruasi.

Gangguan hormonal

Ketidakseimbangan hormon, seperti peningkatan kadar prostaglandin atau kadar estrogen yang tinggi relatif terhadap progesteron, dapat mempengaruhi intensitas nyeri menstruasi.

Beberapa gangguan hormonal yang terkait dengan dismenore meliputi:

  1. Estrogen dan progesteron: Ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium di dalam rahim. Jika terjadi ketidakseimbangan hormon ini, dapat memicu reaksi peradangan dan kontraksi rahim yang lebih kuat, menyebabkan dismenore.

  2. Gangguan ovulasi: Ovulasi yang tidak teratur atau tidak terjadi dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan perubahan dalam siklus menstruasi. Ini dapat berkontribusi pada terjadinya dismenore.

  3. Sindrom ovarium polikistik (PCOS): PCOS adalah gangguan hormonal yang ditandai dengan pembentukan kista di ovarium dan ketidakseimbangan hormon, terutama peningkatan kadar hormon androgen (hormon pria). PCOS dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur dan dismenore.

  4. Gangguan tiroid: Ketidakseimbangan hormon tiroid, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme, dapat mempengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan dismenore.

  5. Gangguan hormonal lainnya: Faktor-faktor lain, seperti peningkatan kadar hormon prolaktin, dapat mempengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan dismenore.

Kondisi medis

Beberapa kondisi medis, seperti endometriosis (ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim), fibroid rahim (tumor jinak di dinding rahim), infeksi panggul, atau polip rahim, dapat menyebabkan dismenore.

Faktor genetik dan keturunan

Faktor genetik dan keturunan dapat memainkan peran dalam kecenderungan seseorang untuk mengalami dismenore. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada komponen genetik dalam kecenderungan mengalami dismenore, yang dapat diturunkan dari anggota keluarga. Dismenore cenderung memiliki komponen genetik, artinya jika ibu atau saudara perempuan mengalami dismenore, kemungkinan remaja perempuan juga akan mengalaminya.

Namun, peran faktor genetik dalam dismenore belum sepenuhnya dipahami. Masih banyak yang perlu diteliti untuk mengidentifikasi gen atau faktor genetik yang berhubungan dengan dismenore.

Faktor psikologis

Faktor psikologis juga dapat memengaruhi pengalaman dismenore pada beberapa wanita. Beberapa faktor psikologis yang dapat berperan dalam dismenore meliputi : stres, kecemasan, dan faktor psikologis lainnya dapat mempengaruhi persepsi nyeri dan memperburuk gejala dismenore.

Meskipun faktor psikologis dapat memengaruhi pengalaman dismenore, penting untuk diingat bahwa dismenore adalah kondisi fisik yang nyata dan bukan semata-mata disebabkan oleh faktor psikologis. Pengelolaan dismenore yang efektif melibatkan pendekatan yang holistik, mengatasi faktor fisik dan psikologis yang terkait.

Apakah dismenore bisa disembuhkan?

Dismenore tidak selalu memiliki “pengobatan” yang dapat menyembuhkannya sepenuhnya, tetapi gejalanya dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik. Pendekatan perawatan tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan tingkat keparahannya. Beberapa opsi pengelolaan yang umum meliputi:

Obat pereda nyeri

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen atau naproxen sering direkomendasikan untuk mengurangi nyeri menstruasi. Obat ini dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan kram serta nyeri.

Terapi panas

Menggunakan kompres panas pada perut atau daerah yang nyeri dapat membantu meredakan kram dan nyeri.

Relaksasi dan teknik mengurangi stres

Praktik relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan, dapat membantu mengurangi stres dan ketegangan yang dapat memperburuk dismenore.

Apakah PMS sama dengan dismenore?

PMS (Sindrom Pra-Menstruasi) dan dismenore adalah dua kondisi yang berbeda, meskipun keduanya terkait dengan siklus menstruasi. Saya mungkin berbeda pendapat dengan lainnya namun berikut ini bisa menjelaskan perbedaan antara PMS dan dismenore:

PMS (Sindrom Pra-Menstruasi)

PMS adalah kumpulan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada beberapa wanita beberapa hari atau minggu sebelum menstruasi. Gejala PMS dapat mencakup perubahan suasana hati, kelelahan, sensitivitas payudara, retensi cairan, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan. Gejala ini biasanya berkurang atau menghilang setelah periode dimulai.

Dismenore

Dismenore, seperti yang telah dibahas sebelumnya, mengacu pada nyeri menstruasi yang dialami oleh beberapa wanita selama periode menstruasi. Gejala dismenore meliputi kram perut yang parah, nyeri punggung, mual, muntah, sakit kepala, kelelahan, dan perubahan suasana hati. Nyeri menstruasi pada dismenore umumnya terjadi saat menstruasi dimulai atau sedikit sebelumnya dan berlangsung selama beberapa hari.

Perlu dicatat bahwa beberapa wanita dapat mengalami kedua kondisi ini secara bersamaan. PMS dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan gejala emosional yang dapat mempengaruhi persepsi terhadap nyeri menstruasi pada dismenore. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengenali perbedaan antara PMS dan dismenore agar dapat mengelola gejalanya dengan tepat.

Nah untuk artikel dismenore pada remaja putri saya kira sudah cukup jelas. Dan jika saya perjalas lagi dengan penjelasan tambahan mungkin akan membuat pembaca samakin bingung bukan semakin mengerti. Namun jika ada pertanyaan silahkan tulis dikomentar atau hubungi saya lewat menu kontak form, terima kasih sudah membaca artikel ini.

Tags:, , ,

Categories: Berbagi pengalaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *